Halaman

Entri Terfavorit Zega

Kamis, 04 Oktober 2012

ANTIKRISTUS

daftar isi Ucapan Terimakasih Pendahuluan Bagian Satu: Pendahuluan Untuk Eskatologi dan Doktrin Islam Pasal 1 : Mengapa Buku Ini? Kesadaran Akan kebangkitan Islam Pasal 2 : Teks-teks Suci Dalam Islam Pasal 3 : Eskatologi Islam Pasal 4 : Sang Mahdi: Mesias Yang Dinantikan Dalam Islam Pasal 5 : Perbandingan Anti Kristus Alkitab Dan Sang Mahdi Pasal 6 : Yesus Muslim Pasal 7 : Perbandingan Antara Nabi Palsu Dan Yesus Muslim Pasal 8 : Dajjal: Anti Kristus versi Islam Pasal 9 : Perbandingan Antara Yesus Alkitab Dan Dajjal Pasal 10: Kembalinya Kerajaan Anti Kristus Islam Pasal 11: Natur Gelap Wahyu-wahyu Muhammad Pasal 12: Roh Antikristus Dalam Islam Pasal 13: Kebencian Kuno Islam Terhadap Orang Yahudi Pasal 14: Kemartiran Akhir Jaman dan Praktek Pemenggalan Kepala Dalam Islam Pasal 15: Jihad Dan Tujuan Islam Untuk Mendominasi Dunia Pasal 16: Memahami Ketidakjujuran dan Penipuan Dalam Islam Pasal 17: Penyesatan Besar, Teror, dan Harga Pertobatan Islam Pasal 18: Kesimpulan Perbandingan-perbandingan Antara Narasi Islam Dan Alkitab Mengenai Akhir Jaman Bagian Dua: Kelanjutan Analisa Pasal 19: Problem-problem Potensial Mengenai Tesis Pasal 20: Pemikiran-pemikiran Selanjutnya Bagian Tiga: Bagaimana Kita Harus Meresponinya? Pasal 21: Merespon Dengan Doa Pasal 22: Merespon Dengan Menjangkau Pasal 23: Mempersiapkan Diri Untuk Kesyahidan Tambahan Daftar Pustaka Catatan Kaki Komentar“Dengan pikiran seorang sarjana dan hati seorang pendoa syafaat, Joel Richardson telah mengemukakan sebuah gambaran yang menggugah rasa ingin tahu kita akan “peperangan akhir jaman” yang akan datang. Saat Islam militan bangkit dengan angkara murka, dan dengan dukungan suatu roh yang anti-semitis, pada saat itu akan bangkit pula sekelompok orang yang rela memberikan hidup mereka bagi Injil Yesus Kristus. Menggemparkan…Mencerahkan…dan merupakan sebuah penyadaran untuk semua orang percaya yang tulus hati”. – James W. Goll, Pendiri Encounters Network Penulis The Seer, The Lost Art of Intercession and Praying for Israel’s Destiny “Joel Richardson telah menyampaikan sebuah konsep yang cerdas, patut dipikirkan, penuh belas kasih dan berdasarkan Firman Tuhan; berkenaan dengan anti paralel teologis yang menakjubkan, antara eskatologi Islam radikal dan iman Alkitabiah. Ia sangat menekankan bahwa hal ini bukan suatu kebetulan humanistis semata. Namun, Joel juga bukan seorang yang bereaksi secara berlebihan, juga bukan seorang radikal paranoid. Melainkan, ia adalah seorang yang mencari dan mengasihi kebenaran, seorang yang mempunyai kasih dan keberanian untuk memaparkan bukti-bukti historis dan teologis mengenai keyakinan-keyakinannya di hadapan kita, dan kemudian memberikan kepada kita kewenangan untuk menguji fakta-fakta itu sendiri, sehingga kita sendiri dapat menarik kesimpulan. Joel Richardson adalah seorang pelayan Yesus Kristus yang rendah hati, dan saya sangat mengenalnya sebagai seorang suami yang setia dan mengasihi keluarganya. Ia bagai seorang bapa dan sahabat bagi semua orang yang dibawa oleh Tuhan ke dalam jalan hidupnya. Kiranya Tuhan juga memberikan pada kita semua keberanian untuk membuka mata kita terhadap peperangan rohani yang terus memanas, yang harus kita hadapi dalam jaman yang rusak ini, dan juga membuka mata kita terhadap keindahan karya Kristus di bumi, sehingga dalam dunia ini kita mampu mengarahkan hidup kita dengan baik, hingga saatnya muka dengan muka kita bertemu dengan Tuhan Yesus”. -Michael Sullivant Gembala, Penulis, Pembicara Konferensi “Ini adalah buku yang harus dibaca oleh semua orang yang berminat mempelajari nubuat Alkitab mengenai akhir jaman! Joel Richardson telah mengungkapkan hal-hal penting mengenai adanya konsensus peranan penting Islam dalam kerajaan Anti Kristus. Bukti-bukti yang dipaparkan Joel berasal dari Hadith yang merupakan tradisi Islam, yang sangat dikenal orang Muslim dan merupakan sumber penting bagi doktrin Islam; namun tidak banyak dipahami oleh orang Barat. Pembaca yang memiliki pikiran terbuka tidak akan mampu mengabaikan paralel-paralel yang luarbiasa antara tradisi-tradisi Islam dan agenda Anti Kristus, seperti yang digambarkan oleh Alkitab. Pemaparannya yang jelas dan memberikan pemahaman mengenai pentingnya pemenggalan kepala dalam hukum Islam, sangat menggentarkan. Skenario mengenai bagaimana dunia ini akan menjadi pengikut Anti Kristus benar-benar mencengangkan. Yesus mengingatkan kita untuk berdoa dan berjaga-jaga oleh karena masa pengujian sedang mendatangi dunia ini. Anda akan mendapati diri anda melakukannya. Bagi pembaca yang hanya dapat dipuaskan dengan kebenaran, buku ini adalah buku yang harus anda masukkan ke dalam perpustakaan anda”. -Robert Livingston, Misionaris untuk Timur Tengah, Penulis – Christian and Islam: The Final Clash “Pengetahuan Joel yang menyeluruh mengenai Islam memberikan banyak informasi yang membantu orang Kristen untuk memahami tradisi-tradisi dan pengajaran Islam, menyingkapkan kesamaan-kesamaan mengejutkan antara nubuat Kristen mengenai akhir jaman dengan pengharapan-pengharapan Islam untuk mendominasi dunia. Keseimbangannya dalam menggunakan teks-teks Islam dan Alkitab sangat meyakinkan, sehingga setelah membaca buku ini kita tidak akan ragu lagi untuk mengatakan bahwa Anti Kristus itu tidak lain tidak bukan adalah seorang Kalifah Muslim. Namun yang paling saya hargai adalah bagaimana ia menyampaikan argumennya tidak dengan cara meracuni, namun dengan bijaksana, bahkan kasih, saat ia mendorong orang Kristen untuk mengasihi tetangga-tetangga Muslim mereka, dan memenangkan mereka bagi Kristus. Buku ini adalah bacaan yang penting bagi semua orang Kristen yang ingin belajar lebih banyak lagi mengenai agama dunia yang saat ini sedang berkembang dengan sangat cepat, atau mereka yang ingin menyiapkan diri dengan lebih baik untuk berdialog dan bersaksi kepada orang Muslim”. -Steve Alt, Asisten Profesor teologi, F.I.R.E. School of Ministry, Concord, NC “Setelah bertahun-tahun berefleksi, saya mengabaikan detil-detil spesifik dalam skenario akhir jaman. Namun, buku ini sungguh memuat detil-detil spesifik seperti itu, dan saya juga percaya bahwa Islam adalah sistem Anti Kristus pada akhir jaman. Hal itu dipaparkan dalam buku ini, dalam sebuah skenario yang sangat mungkin terjadi. Sebagai tambahan, informasi dalam buku ini mengenai Islam dan Anti Kristus sangatlah penting, dan sepengetahuan saya informasi ini tidak akan anda dapatkan di tempat lain. Menurut saya, dalam jaman yang penuh dengan teror Islam seperti saat ini, memahami informasi mengenai eskotologi Islam yang dikemukakan dalam buku ini sangatlah penting. Oleh karena itu jelaslah bahwa buku ini memberikan kontribusi yang sangat berarti. Saya sangat menganjurkan agar anda benar-benar menguji informasi yang terdapat dalam halaman-halaman buku ini”. -Dr. Daniel C. Juster, Penulis Jewish Roots dan Israel the Church and the Last-days, Direktur Eksekutif dari Tikkun Ministries International “Joel Richardson melayani dalam komunitas Kristen dan juga Muslim. Secara menyeluruh ia mempelajari dokumen-dokumen penting mengenai Islam pada awal berdirinya, dan para teolog muslim yang muncul di kemudian hari, dan juga Perjanjian Baru. Ia menyimpulkan semua itu dengan baik tanpa menjadi terlalu teknis. Buku ini menjelaskan perbedaan antara kekristenan dan Islam. Ini adalah sebuah buku yang harus dibaca oleh orang Kristen dan juga orang Muslim”. -James M. Arlandson (Ph.D.) pengajar di sebuah perguruan tinggi di California selatan dan secara reguler menulis untuk American Thinker.com dan Answering-Islam.org “Joel Richardson memberikan sebuah analisa yang mendalam mengenai Islam dan figur mesianis dalam Islam. Buku ini penting untuk mengetahui penggenapan nubuat Alkitab mengenai akhir jaman pada masa kita dan memahami peranan yang dimainkan Islam di dalamnya”. -Pendeta Reza F. Safa, mantan Muslim radikal, Penulis Inside Islam “Saya sangat menyukai buku ini! Joel Richardson adalah suara yang meneriakkan berita yang penting pada saat ini. Saya percaya bahwa semua orang harus membaca buku ini dan memahami urgensi beritanya, dan memperhatikan kenyataan-kenyataan dan peringatan-peringatan yang ada dalam buku ini. Ini adalah (tugu) pengingat yang luarbiasa akan adanya kebutuhan untuk mengerti akan posisi semua orang percaya dan tanggung-jawab yang menyertainya”. -Mansour Khalil, mantan Muslim Sumber: http://muslimharustahu.wordpress.com/antikristus/

KEBENARAN YANG TERUNGKAP Menunjukkan Jalan, Kebenaran dan Hidup

Mengapa Geert Wilders “anti-Islam,” dan apa pesannya pada orang-orang Muslim? Pejuang kebebasan Geert Wilders membuat sebuah pernyataan penting dan mencerahkan di MuslimsDebate.com: “Mengapa ia menjadi anti-Islam dan apa pesannya kepada orang-orang Muslim?” Saya pertama kali mengunjungi sebuah negara Islam pada tahun 1982. Usia saya pada waktu itu 18 tahun dan saya bepergian dengan seorang teman keturunan Belanda dari Eilat di Israel, ke sebuah resort Laut Merah Mesir Sharm-el-Sheikh. Kami berdua bepergian dengan ransel dan uang kami sangat terbatas pada waktu itu. Saya masih ingat akan impresi pertama saya mengenai Mesir: saya takjub atas keramahan, sikap bersahabat dan suka menolong dari orang-orangnya. Saya juga ingat impresi kedua yang kuat yang saya rasakan mengenai Mesir: Hal yang mengejutkan saya adalah bagaimana orang-orang yang sangat bersahabat dan ramah ini kemudian menjadi sangat ketakutan. Selagi kami ada di Sharm el-Sheikh, President Mubarak mengunjungi tempat ini. Saya ingat ketakutan yang tiba-tiba turun di kota kecil ini ketika diumumkan bahwa Hosni Mubarak akan datang untuk sebuah kunjungan yang tidak direncanakan; saya masih ingat saat melihat iring-iringan mobil hitam pada hari ia berkunjung dan merasakan ketakutan yang hampir-hampir secara fisik, seperti orang yang tengah mengalami demam tinggi di siang yang terik di musim panas. Ini adalah sebuah pengalaman yang aneh; Mubarak tidak dianggap sebagai tiran Islamik yang kejam, namun ketakutan yang dirasakan oleh rakyat biasa Mesir kepada pemimpin mereka bahkan masih dirasakan oleh saya. Saya memikirkan, apa yang dirasakan oleh orang-orang Saudi ketika Raja mereka ada di sebuah kota, apa yang dirasakan oleh orang-orang Libya ketika Gaddafi mengumumkan kedatangannya, apa yang harus dirasakan oleh orang-orang Irak ketika Saddam Hussein ada di dekat mereka. Beberapa tahun kemudian, saya membaca Qur’an mengenai apa yang dirasakan oleh orang-orang Arab saat mereka ada di hadapan Muhammad, yang, sebagaimana digambarkan oleh beberapa ayat,”menjatuhkan teror ke dalam hati mereka” (Sura 8:12, 8:60, 33:26, 59:12). Dari Sharm el-Sheikh, saya dan teman saya pergi ke Kairo. Kota ini miskin dan sangat kotor. Saya dan teman saya sungguh terheran-heran bagaimana tempat yang miskin dan dekil seperti ini bisa menjadi tetangga Israel, yang demikian bersihnya. Penjelasan dari orang-orang Arab, dimana dengan mereka kami mendiskusikan kemiskinan mereka, adalah bahwa mereka sama sekali menolak menyalahkan diri mereka atas kondisi mereka yang memprihatinkan. Mereka katakan bahwa mereka itu adalah korban dari konspirasi global dari “imperialisme” dan “Zionisme”, yang bertujuan membuat orang-orang Muslim menjadi miskin dan bersikap tunduk. Saya temukan bahwa penjelasan itu tidak meyakinkan. Insting saya memberitahu saya bahwa ini terjadi karena adanya perbedaan budaya antara Israel dan Mesir. Saya melakukan sebuah kesalahan di Kairo. Kami hampir-hampir kehabisan uang dan saya merasa haus. Orang bisa membeli segelas air pada orang-orang yang mengumpulkan air untuk umum. Kelihatannya tidak bersih tetapi saya meminumnya. Setelah itu saya terkena penyakit diare yang parah. Saya pergi ke penginapan murah dimana orang bisa menyewa sebuah bidang kecil di lantai seharga dua dollar sehari. Di sanalah saya berbaring selama beberapa hari, seperti sebuah timbunan kesengsaraan di tengah-tengah keramaian, kamar yang bau, dengan sepuluh orang pria lainnya. Dulu Mesir pernah menjadi peradaban yang paling maju di dunia. Mengapa ia tidak tidak terus berkembang bersama-sama dengan bagian dunia lainnya? Di akhir tahun 1890an, Winston Churchill adalah seorang tentara dan seorang koresponden perang di British India (kini menjadi Pakistan) dan Sudan. Churchill adalah seorang pria muda yang cerdik. Waktu selama berbulan-bulan ketika ia berada di Pakistan dan Sudah membuat dia bisa memahami dengan baik apa masalah dengan Islam dan “kutukan-kutukan yang akan dialami oleh para penggemarnya.” “Disamping sikap fanatik yang gila-gilaan,…..,dalam agama ini pun ada sikap fatalistik yang menakutkan,” tulisnya. ”Efeknya bisa terlihat dengan jelas di banyak negara. Kebiasaan membuang-buang waktu, sistem agrikultur yang ceroboh, metode dagang yang melempem, dan keberadaan properti yang tidak aman dimana para pengikut Nabi Muhammad memerintah atau tinggal…. Faktanya adalah bahwa dalam hukum Muhammad, setiap wanita harus menjadi milik satu-satunya dari seorang pria sebagai properti absolutnya, apakah seorang anak, seorang istri, atau seorang selir. Kita harus menunda kepunahan akhir dari perbudakan hingga iman Islam telah menjadi sebuah kekuatan besar diantara manusia. Orang-orang Muslim individual mungkin akan memperlihatkan kualitas yang baik sekali – tetapi pengaruh dari agama ini melumpuhkan perkembangan sosial dari mereka yang mengikutinya.” Kemudian Churchill menyimpulkan: ”Tidak ada sesuatu pun kekuatan yang terus mengalami kemunduran yang bisa tetap eksis dalam dunia.” Ada orang yang mengatakan bahwa saya membenci orang-orang Muslim. Saya tidak membenci orang-orang Muslim. Yang menyedihkan saya adalah bagaimana Islam telah merampok martabat mereka. Apa yang dilakukan oleh Islam terhadap orang-orang Muslim begitu kasat mata. Sebagai contoh, bagaimana mereka memperlakukan anak-anak gadis mereka. Pada bulan Maret tanggal 11 tahun 2002, lima belas anak-anak perempuan usia sekolah tewas sementara mereka berusaha untuk keluar dari gedung sekolah mereka di kota suci Mekah. Saat itu api tengah membakar gedung itu. Para gadis ini lari ke gerbang sekolah tetapi gerbang itu dikunci. Kunci dipegang oleh penjaga yang adalah seorang pria, yang menolak untuk membuka pintu gerbang karena gadis-gadis itu tidak mengenakan pakaian yang sesuai dengan yang diwajibkan bagi para wanita, menurut hukum Saudi Arabia, yaitu: wajah berkerudung dan pakaian yang lebar dan berjumbai. Gadis-gadis yang tengah berpakaian “tidak sopan” ini, dalam keadaan bingung mencoba untuk menyelamatkan hidup mereka yang masih muda itu. Tetapi Polisi Saudi memukuli mereka dan memaksa mereka untuk masuk kembali ke gedung yang sedang terbakar. Para petugas Mutaween, “Bertugas untuk mempromosikan nilai-nilai Islam dan mencegah tindakan asusila,” yaitu polisi yang terkenal sangat keras di Saudi Arabia, juga memukuli orang-orang yang tengah lewat dan petugas pemadam kebakaran yang berusaha menolong para gadis itu. “Jika kamu mendekati mereka, maka kamu berdosa”, demikian peringatan yang dikatakan oleh petugas polisi itu. Bukan hanya berdosa, tetapi tindakan seperti itu juga dianggap sebagai sebuah tindakan kriminal. Perempuan tidak memiliki nilai yang tinggi dalam Islam. Qur’an mengatakan kelahiran seorang anak perempuan membuat “wajah seorang ayah menjadi gelap dan dia akan dipenuhi dengan kemuraman” (Sura 43:15). Namun demikian, insiden di sekolah yang ada di Mekah itu menyebabkan munculnya reaksi kemarahan. Islam itu tidak humanis; tetapi orang-orang Muslim adalah manusia, yang bisa mengasihi – dan ini adalah sesuatu yang dibenci oleh Muhammad. Kemanusiaan bisa ditemukan dalam diri para ayah Mekah yang meratapi kematian anak-anak gadis mereka; juga bisa ditemukan dalam diri petugas pemadam kebakaran yang berkonfrontasi dengan Mutaween, sementara Mutaween memukuli anak-anak gadis itu supaya mereka masuk kembali ke dalam sekolah yang sedang terbakar itu. Juga para Jurnalis dari surat kabar Saudi, untuk pertama kali dalam sejarah Saudi, mengkritik “para petugas yang sangat ditakuti oleh masyarakat, dan yang ditugaskan untuk mempromosikan nilai-nilai Islam dan mencegah tindakan asusila” itu. Namun demikian, protes-protes Muslim terhadap perilaku tidak manusiawi dari Islam adalah hal yang sangat jarang dilakukan. Kebanyakan Muslim, bahkan yang tinggal di negara-negara Barat, mengunjungi mesjid-mesjid dan mendengarkan ayat-ayat Qur’an yang membuat syok, dan kotbah-kotbah yang menjijikkan tanpa memperlihatkan sikap menentangnya. Saya sendiri adalah seorang agnostik. Tetapi orang-orang Kristen dan Yahudi meyakini bahwa Tuhan menciptakan manusia serupa dan segambar dengan diriNya. Mereka meyakini hal itu dengan cara mengobservasi diri mereka, sebagai mahluk yang bebas dan rasional, yang bisa mengasihi dan yang bisa mengenal Tuhan. Mereka bahkan bisa mempertanyakan Tuhan, sebagaimana yang sudah dilakukan oleh orang-orang Yahudi di sepanjang sejarah mereka. Tetapi sebaliknya, Qur’an menyatakan bahwa “Tak ada yang bisa diperbandingkan dengan Allah” (Sura 16:74, 42:11). Ia secara absolut berbeda dengan kita. Adalah hal yang tidak masuk akal beranggapan bahwa Allah menciptakan manusia dalam rupa dan gambarNya. Konsep Alkitabiah bahwa Tuhan itu adalah Bapa kita, juga tidak ditemukan dalam Islam. Tak ada relasi personal antara manusia dengan Allah. Tujuan Islam adalah penundukan total kepada Allah yang tidak bisa dikenal, yang harus dilayani melalui ketaatan total kepada Muhammad sebagai pemimpin dari negara Islamik (Suras 3:31, 4:80, 24:62, 48:10, 57:28). Dan sejarah telah mengajarkan kita bahwa Muhammad sama sekali bukan seorang nabi yang mengasihi dan berbelas kasihan, tetapi ia adalah seorang pembunuh massal, seorang tiran dan seorang pedofil. Orang-orang Muslim tak mungkin bisa mendapatkan seorang model yang lebih buruk lagi dari yang Satu ini. Tanpa kebebasan individual, tidaklah mengejutkan bahwa gagasan bahwa manusia adalah agen-agen yang bertanggungjawab tak banyak berkembang dalam Islam. Muslim cenderung menjadi manusia yang sangat fatalistik. Barangkali – mari kita mengharapkannya – hanya segelintir Muslim saja yang mengintepretasikan Qur’an dengan sangat serius dan kemudian melakukan jihad untuk memerangi orang-orang kafir. Namun demikian, kebanyakan Muslim tidak pernah mengeluarkan suara mereka untuk menentang kelompok-kelompok radikal. Inilah “ketakutan fatalistik apatis” sebagaimana yang dikatakan oleh Churchill. Penulis Aldous Huxley, yang tinggal di Afrika Utara pada tahun 1920an, melakukan observasi berikut: ”Mengenai sebab akibat dari segala sesuatu – persisnya bagaimana hal-hal itu terjadi – kelihatannya mereka sama sekali tidak tertarik untuk mengetahuinya. Bahkan mereka sama sekali tidak mengakui bahwa ada yang disebut sebagai sebab akibat, karena menurut ajaran Islam, Allah secara langsung bertanggungjawab atas segala sesuatu. “Apakah anda berpikir hujan akan turun?” Anda kemudian menunjuk kepada awan yang ada di atas sana. Tetapi jawaban mereka adalah: “Jika Allah berkehendak.” Anda melewati rumah sakit setempat. “Apakah dokter-dokternya bagus?” “Di negara kami, kami katakan bahwa dokter sama sekali tidak bermanfaat,” jawab orang-orang Arab. Jika Allah berkehendak seseorang untuk mati, maka ia akan mati. Jika tidak, maka ia akan sembuh.” Islam menghilangkan kebebasan orang-orang Muslim. Ini adalah sesuatu yang memalukan, karena orang-orang yang bebaslah yang bisa melakukan hal-hal yang besar; dan sejarah telah memperlihatkan hal ini. Orang Arab, Turki, Iran, India, Indonesia memiliki potensi yang sungguh luar biasa. Jika mereka tidak dibelenggu oleh Islam, jika mereka bisa membebaskan diri mereka dari gandar Islam, jika mereka berhenti menjadikan Muhammad sebagai panutan, dan jika mereka bisa menyingkirkan Qur’an, maka mereka akan sanggup meraih hal-hal yang besar yang bukan hanya akan bermanfaat bagi mereka, tetapi juga bagi seluruh dunia. Sebagai seorang Belanda, orang Eropa dan seorang politikus Barat, tanggungjawab saya secara khusus adalah bagi orang-orang Belanda, kepada bangsa-bangsa di Eropa dan Barat. Namun demikian, karena membebaskan orang-orang Muslim dari Islam akan memberikan manfaat bagi kita semua, maka saya dengan segenap hati akan mendukung orang-orang Muslim yang mencintai kebebasan. Pesan saya bagi mereka sudah jelas:”Fatalisme bukanlah pilihan!” Sikap tunduk adalah hal yang memalukan. Bebaskan diri anda sendiri. Semuanya bergantung pada anda. Sumber:http://muslimharustahu.wordpress.com/2010/08/08/fpi-serang-jemaat-hkbp-pondok-indah-timur-bekasi/ Geert Wilders

Kesaksian Mosab Hassan Yusuf,Putera Ketua Hamas Meninggalkan Islam Dan Masuk Kristen

Bukalah hati kalian. Bacalah Injil Kesaksian Mosab Hassan Yusuf,Putera Ketua Hamas Meninggalkan Islam Dan Masuk Kristen “Aku Telah Meninggalkan Masyarakat Yang Memuliakan Teror” Mosab Hassan Yusuf,Putera Ketua Hamas Murtad Meninggalkan Islam!! S ejenak sebelum makan malam, Masab (atau Mosab), anak dari ketua Hamas di Tepi Barat yakni Sheikh Hassan Yousef, memandang pada temannya yang menemaninya makan di restoran tempat mereka bertemu. Mereka membisikkan beberapa patah kata dan lalu mengucapkan doa syukur, berterima kasih pada Tuhan Yesus karena menyediakan makanan di meja makan mereka. Butuh beberapa detik untuk mencerna pemandangan ini: anak dari ketua Hamas yang merupakan tokoh terkenal dari organisasi Islam ekstrimis, seorang pemuda yang membantu bapaknya selama bertahun-tahun dalam aktivitas politiknya, sekarang malah murtad dan jadi Kristen. “Sekarang aku bernama Joseph,” katanya. Masab tahu bahwa dia tidak punya banyak harapan kembali ke tanah suci (Palestina) di dalam hidupnya sekarang. “Aku tahu kok aku membahayakan nyawaku dan bahkan kemungkinan besar aku kehilangan ayahku, tapi aku berharap dia akan mengerti hal ini dan Tuhan akan memberi dirinya dan keluargaku kesabaran dan kemauan untuk membuka mata mereka pada Yesus dan Kristen. Mungkin suatu hari nanti aku bisa kembali ke Palestina dan juga ke Ramallah bersama Yesus, di Kerajaan Tuhan.” Dia juga tidak menutupi rasa kasihnya pada Israel, atau kebenciannya akan semua hal yang mewakili lingkungan di mana dia dibesarkan: negaranya, agamanya, organisasinya. ”Kirim salam ya kepada Israel, aku rindu padanya. Aku menghormati Israel dan mengagumi negara itu,” katanya. ”Kalian para Yahudi harus waspada: Kalian tidak akan, tidak akan pernah bisa berdamai dengan Hamas. Islam, ideologi yang mereka anut itu, tidak memperbolehkan mereka mengalami perdamaian dengan kaum Yahudi. Mereka percaya pada hadis yang mengatakan Nabi Muhammad berperang melawan Yahudi sehingga mereka pun harus melanjutkan peperangan itu sampai mati.” Apakah ini sebabnya para Muslim melakukan serangan bunuh diri? ”Lebih dari sekedar itu sih. Seluruh masyarakat muslim memuliakan kematian dan teroris bunuh diri. Di dalam budaya Palestina, teroris bunuh diri jadi pahlawan syahid. Para Sheikh mengajarkan pada para muridnya tentang ‘kepahlawanan dalam syahid’.” Meskipun banyak kritik datang dari tempat asalnya, California yang sekarang jadi tempat tinggalnya, tidak dapat menghilangkan kerinduan hatinya. ”Aku rindu Ramallah,” katanya. “Orang-orang yang berpikiran terbuka… Aku terutama merindukan ibuku, saudara lelaki dan perempuanku, tapi aku tahu bahwa akan sulit sekali bagiku kembali ke Ramallah saat ini.” M enikmati kehidupan barunya di California, USA, Yousef junior sadar betul akan dampak wawancaranya ini. Bukan hanya ia akan menyinggung perasaaan keluarganya, ia kini ragu bisa pulang kembali ke Ramallah. "Saya tahu saya mempertaruhkan nyawa saya dan jelas akan kehilangan ayah saya. Tapi saya harap ia akan mengerti ini dan Tuhan akan memberikan dirinya dan seluruh keluarga saya kesabaran dan keinginan untuk membuka mata mereka bagi Yesus dan agama Kristen." Ini sekilas latar belakang hidupnya : MASAB-JOSEPH : Saat SMA saya belajar syariah. Tahun 1996, ketika saya berusia 18, saya ditangkap tentara Israel karena saya kepala Masy Islam di SMA saya. Inilah titik mulanya proses penyadaran saya. "Sebelumnya saya hanya mengenal Hamas lewat ayah saya. Tadinya saya mengagumi Hamas, karena saya mengagumi ayah saya. Tapi setelah 16 bulan dalam penjara, saya menyadari wajah Hamas sebenarnya. Hamas adalah organisasi negatif. Sebuah organisasi yang buruk secara fundamental. Dalam penjara Megiddo saya tiba-tiba menyadari apa sebenarnya Hamas. Para pemimpin mereka di penjara (Israel) mendapatkan keadaan (fasilitas dan makanan) yang jauh lebih baik (daripada para tahanan Israel di penjara Hamas), belum lagi ijin kunjungan keluarga mereka dan fasilitas mandi. Sementara orang-orang Hamas tidak punya moral, tidak punya integrity. Tetapi mereka tidak sebodoh Fatah, yang mencuri disiang bolong didepan umum. Hamas mencuri dengan cara diam-diam sambil bersikap sok suci. Cepat atau lambat uang hasil korupsi ini akan mengangkangi bangsa Palestina sendiri ! "Tidak seorangpun yang tahu benar seluk beluk cara kerja Hamas. Contoh, saya ingat betul bagaimana keluarga Saleh Talahmeh, anggota tangan militer Hamas, yang dibunuh Israel, terpaksa menggembel minta bantuan teman-temannya karena mereka tidak ditinggalkan uang sepeserpun. Para pemimpin Hamas tidak peduli dengan mereka ataupun dengan para keluarga syuhada lainnya, sementara para anggota senior sering berfoya-foya diluar negeri, menghabiskan puluhan ribu dollar per bulan untuk membiayai bodyguard saja!" Setelah saya keluar dari penjara (Israel), saya kehilangan kepercayaan kepada mereka yang mewakili Islam." {Pada saat wawancara ini, ayahnya masih belum juga tahu bahwa ia telah murtad ke Kristen} Ayahnya yang BINGUNG setelah mengetahui anaknya murtad & minta suaka ke USA! 'Mosok sih?' katanya sambil menunjuk foto puteranya!"Wawancara ini akan membuka mata banyak orang dan menggoyahkan Islam sampai ke akar-akarnya. Saya tidak berlebihan kok!" Bagamana Ia Tertarik Pada Agama Lain? "Ini dimulai 8 tahun yang lalu. Saya berada di Yerusalem dan menerima undangan untuk mendengar ceramah tentang Kristen. Dari situ saya semakin ingin tahu dan mulai membaca INJIL dengan diam-diam, sambil meneruskan pelajaran syariah. Ayat seperti "CINTAILAH MUSUHMU" sangat mempengaruhi saya. Saya ketika itu masih Muslim dan tidak pernah menyangka akan murtad. Tetapi setiap hari saya melihat hal-hal mengerikan yang dilakukan atas nama Islam oleh para Muslim yang menganggap diri 'bangsa terpilih Allah.' Saya kembali mempelajari Quran dan prinsip-prinsip agama itu dan berkesimpulan bahwa Islam salah dan menyesatkan. Muslim meminjam ritual dan tradisi dari agama-agama sekitarnya." Saya anggap Islam adalah sebuah kebohongan besar. Orang-orang yang mewakili Islam lebih memuja Mohammed ketimbang Tuhan, membunuh orang-orang tidak bersalah atas nama Islam, memukuli para istri mereka dan sama sekali tidak tahu apa itu Tuhan. Saya tidak ragu bahwa mereka akan ke neraka. Orang Palestina, kalau tidak punya musuh, akan memerangi sesama. Dalam 20 tahun nanti akan timbul konflik antara berbagai kelompok di dalam tubuh Hamas sendiri. Sekarang saja mereka sudah mulai cekcok tentang penguasaan uang." "Kalian Yahudi harus sadar: Kalian tidak akan pernah bisa berdamai dengan Hamas. Islam, ideologi yang mengontrol mereka, tidak akan pernah mengijinkan mereka berdamai dengan Yahudi. Mereka percaya bahwa Mohammed memerangi Yahudi dan oleh karena itu mereka harus melanjutkan perang itu sampai mati. Mereka harus membalas dendam terhadap siapapun yang tidak menerima Mohammed, seperti Yahudi yang di Quran digambarkan sebagai kera dan babi. Dalam pandangan Hamas, perdamaian dengan Israel akan meng-KONTRADIKSI syariah & Quran, dan menganggap Yahudi tidak punya hak di Palestina." "Saya meninggalkan tanah luas di Ramallah hanya untuk mencapai kebebasan murni. Saya ingin kesempatan untuk membuka mata Muslim dan menunjukkan kebenaran tentang agama mereka, menarik mereka dari kegelapan dan penjara Islam. Islam tidak akan survive untuk lebih dari 25 tahun. Dulu mereka (Muslim) berhasil menakut-nakuti orang, tetapi sekarang, dalam jaman internet ini, mereka tidak lagi bisa menyembunyikan kebenaran." M osab Hassan Yousef adalah seorang anak muda yang luar biasa dengan kisah hidup yang luar biasa pula. Dia adalah putera seorang pemimpin yang paling berpengaruh dalam organisasi militan Hamas di Tepi Barat dan tumbuh di dalam sebuah keluarga Islam yang taat. Kini, pada usia 30 tahun, ia menghadiri gereja evangelis Kristen di Barabbas Road, San Diego, California. Ia murtad dari Islam, meninggalkan keluarganya di Ramallah dan sedang mencari suaka di AS. Cerita hidupnya sungguh menakjubkan. Dibawah ini cuplikan wawancara eksklusif dengan FOX News dimana ia bercerita bagaimana seorang Muslim Tepi Barat menjadi Kristen di West Coast (Pantai Barat AS). JONATHAN HUNT (FOX News): Mengapa, setelah 25 tahun, anda berubah? MOSAB HASSAN YOUSEF: Saya percaya bahwa semua tembok yang didirikan Islam selama 1400 tahun terakhir ini tidak lagi eksis. Mereka (Muslim) tidak mengakui ini. Mereka mendirikan tembok-tembok ini dan membiarkan orang (muslim) bodoh karena mereka takut. Mereka tidak ingin orang membahas apapun tentang realitas Islam, tentang pertanyaan-pertanyaan penting mengenai Islam dan mereka meminta kepada para pengikut mereka, 'Jangan tanya tentang hal-hal tertentu itu.' Tapi kini, orang memiliki media. Jika seorang ayah mengurung puterinya dirumah, puterinya akan duduk dibelakang komputernya dan melancong keseluruh pelosok dunia (via internet). Jadi, orang bisa mendapatkan informasi, pengetahun, searching engines, sehingga sangat sangat mudah bagi siapapun untuk mempelajari Islam, dan agama-agama lainnya. Tidak dari sudut pandang Islam, namun dari sudut perspektif lain. Jadi dalam 25 tahun nanti, ini jelas akan membawa perubahan besar dalam dunia Arab & Muslim. JONATHAN HUNT: Anda berbicara dari sebuah perspektif unik, sebagai lelaki yang tidak saja dibesarkan dalam keluarga Islam tetapi sebagai bagian dari organisasi yang dianggap sebagai kekuatan ekstrim dalam Islam: Hamas. Apakah realitas Islam? Kau mengatakan orang tidak melihat realitasnya; Apa realitas Islam? MOSAB HASSAN YOUSEF: Ada dua fakta yang tidak dimengerti Muslim... Saya perkirakan, lebih dari 95% Muslim tidak mengerti agama mereka sendiri. Islam muncul dalam bahasa yang jauh lebih keras daripada bahasa yang digunakan Muslim sekarang, sehingga mereka tidak mengerti (bahasa Islam yang sebenarnya)... mereka hanya menggantungkan diri kepada para ulama untuk mendapatkan pengetahuan mereka tentang agama ini. Kedua, mereka tidak mengerti apapun tentang agama-agama lain. Masyarakat Kristen yang hidup sebagai minoritas dalam sebuah masyarakat mayoritas Muslim lebih memilih untuk tidak berbicara tentang Yesus Kristus karena itu terlalu BAHAYA bagi mereka. Jadi, semua pandangan Muslim tentang agama lain dibumi ini hanya datang dari sudut pandang Islam. Nah, realitas ini yang tidak dimengerti kebanyakan orang. Jika orang, jika Muslim, mulai mengerti agama mereka dan melihat kandungannya yang mengerikan itu, mereka akan mulai mengerti bagaimana ini semua bisa terjadi ...karena kebanyakan ulama hanya berfokus pada hal-hal tertentu dari Islam. Ini karena mereka terlalu malu untuk membahas hal-hal diluar itu. JONATHAN HUNT: Contohnya ? MOSAB HASSAN YOUSEF: Seperti istri-istri Muhammad, misalnya. Kau tidak akan pernah mendengar kotbah di mesjid tentang istri-istri Muhammad, yang kemungkinan lebih dari 50 — walau tidak ada satupun orang yang mengetahuinya, by the way. Tanyakan sendiri kepada mayoritas Muslim, dan mereka tidak tahu menahu tentang fakta ini. Jadi, mereka MALU membahas ini, jadi mereka cuma berbicara tentang kejayaan Islam, kemenangan-kemenangan yang dicapai Muhammad. Tapi, begitu orang memandang diri sendiri, mereka akan melihat bahwa mereka sebenarnya kalah. Mereka bodoh, tidak di-didik, tidak mampu memimpin dunia seperti yang mereka harapkan. Oleh karena itu mereka ingin kembali kepada masa jaya itu dengan melakukan apa yang dilakukan Muhammad, tidak peduli bahwa hal itu terjadi 1400 tahun lalu dan tidak akan pernah bisa terulang lagi. JONATHAN HUNT: Apakah mereka ingin menghancurkan agama Kristen? MOSAB HASSAN YOUSEF: Islam memang sudah menghancurkan agama Kristen dari permulaan dan Muslim tidak mengakui bahwa mereka menusuk hati Kristen dengan mengatakan bahwa Yesus tidak mati di salib. Muslim menganggap bahwa ini caranya menghormati nabi Isa (Yesus kristus). Ini yang dilakukan Muslim. Mereka tidak mengerti bahwa ini bagian yang paling penting dari agama Kristen: salib! Jadi, mereka berpandangan sempit, mereka tidak tahu apa yg mereka lakukan, dan inilah asal usul segala ide jahat dibelakang agama yang bernama Islam ini. JONATHAN HUNT: Apa peristiwa khusus yang mulai mengubah pendapat anda tentang Islam? MOSAB HASSAN YOUSEF: Sejak kecil saya sudah memiliki sejumlah pertanyaan sulit, bahkan keluarga saya sering mencela saya, 'Kau memang anak keras kepala dan kami sulit menjawab pertanyaan-pertanyaanmu. Mengapa sih kau nanya-nanya melulu?' Jadi, inilah permulaannya. Namun saya merasa bahwa semuanya — dan ayah saya adalah contoh bagus bagi saya karena ia memang orang jujur dan bersahaja, sangat baik terhadap ibu saya dan terhadap kami, dan membesarkan kami dengan prinsip-prinsip pengampunan. Nah, oleh karena itu saya menyangka semua orang Islam seperti ini. Ketika saya berusia 18 tahun, dan saya ditahan orang Israel dan mendekam di sebuah penjara Israel. Tapi disana Hamas memiliki kontrol atas para anggota mereka didalamnya dan saya melihat Hamas menyiksa orang-orang dengan sangat-sangat parah. JONATHAN HUNT: Maksudmu, anggota Hamas saling menyiksa sesama anggota? MOSAB HASSAN YOUSEF: Para pemimpin Hamas! Pemimpin-pemimpin Hamas yang kita kini saksikan di TV sekarang, dan para pemimpin besar, bertanggung jawab atas penyiksaan terhadap anggota-anggota mereka sendir. Mereka tidak menyiksa saya, tapi ini tetap sebuah shock bagi saya, melihat mereka menyiksa sesama anggota mereka: menusuk kuku-kuku dgn jarum, membakar tubuh mereka, dan juga banyak yang dibunuh. JONATHAN HUNT: Tapi mengapa mereka membunuh orang-orang mereka sendiri? MOSAB HASSAN YOUSEF: Karena curiga bahwa mereka telah bekerja sama dengan pihak Israel dan bekerjasama dengan penjajah Israel melawan Hamas... Jadi ratusan orang jadi korban. Saya menyaksikan penyiksaan ini selama setahun. Nah, itulah titik perubahan paling besar dalam hidup saya. Saya mulai membuka mata saya. Tapi saya masih merasa bahwa ada Muslim baik dan ada Muslim jahat. Muslim baik, seperti ayah saya, dan Muslim buruk seperti orang-orang Hamas ini yang menyiksa rekan-rekan mereka sendiri. Nah, itulah permulaan mata saya terbuka lebar. JONATHAN HUNT: Anda berbicara tentang Muslim baik, seperti ayah anda, tetapi tetap saja anda meninggalkan agama ayah anda. Bukankah kau bisa saja menjadi Muslim baik seperti ayah anda? MOSAB HASSAN YOUSEF: Nah, ini nih realitasnya: saya mendalami agama Kristen — yang tadinya saya salah mengerti total, karena saya mempelajarinya dari sudut Islam, padahal tidak ada satupun yang benar tentang Kristen kalau dipelajari dari sudut Islam. Ketika saya mendalami Injil dengan perlahan-lahan, ayat demi ayat, saya memastikan dulu bahwa ini buku Tuhan, pernyataan Tuhan, sehingga saya mulai memandang Injil dengan cara berbeda. Tidak mudah bagi saya utk mengatakan bahwa Islam adalah salah. Islam adalah ayah saya. Saya dibesarkan untuk satu ayah — 22 tahun untuk ayah itu — dan seorang ayah lain datang kepada saya dan mengatakan, 'Maaf, SAYA-lah ayahmu.' Dan saya tersentak, 'Apa maksudmu? Saya punya ayah saya sendiri, dan dia adalah Islam!' Dan lalu ayah Kristen mengatakan kepada saya, 'Tidak, sayalah ayahmu. Saya berada dalam penjara, dan ini (Islam) bukan ayahmu.' Nah, itulah yang terjadi. Tidak mudah untuk percaya bahwa (Islam) bukan ayahmu lagi. Jadi saya harus mendalami Islam sekali lagi dari sudut pandang lain untuk menyadari semua kesalahan, kesalahan-kesalahan besar dan dampaknya, tidak hanya terhadap Muslim — yang nilai-nilainya saya benci... saya tidak suka tradisi manapun yang hanya menyulitkan kehidupan orang — tapi juga dampaknya bagi umat manusia. Pada umat manusia! Manusia saling membunuh atas nama Tuhan. Nah, mulailah saya dengan pasti menyimpulkan bahwa problemnya adalah Islam, bukan Muslim — saya tidak dapat membenci Muslim karena Tuhan mencintai mereka dari permulaan. Dan Tuhan tidak menciptakan sampah. Tuhan menciptakan orang-orang baik yang dicintaiNya, tapi Muslim adalah orang-orang SAKIT (sick), mereka memiliki pemikiran berbeda. Saya tidak lagi membenci mereka tapi saya sangat sedih melihat mereka dan satu-satunya cara bagi mereka untuk berubah adalah dengan mengenal siapa Tuhan dan mana jalan sebenarnya. JONATHAN HUNT: Apakah kau tidak khawatir bahwa pernyataan-pernyataan semacam ini — dan mengingat latar belakangmu, akan sangat diperhatikan — akan meningkatkan kesulitan, kebencian antara Kristen dan Muslim di dunia saat ini? MOSAB HASSAN YOUSEF: Ini bisa terjadi kalau seseorang Kristen datang kepada Muslim dan berbicara tentang realitas Islam. Tapi Kristen memang sudah ditempatkan dalam daftar musuh mereka anyway, bahkan sebelum mereka membuka mulut tentang Islam. Jadi, jika kau pergi ke mereka sebagai Kristen, Muslim akan langsung merasa tersinggung dan membencimu dan ini jelas akan meningkatkan jurang antara kedua agama — tetapi apa yg membuat orang seperti saya bisa berubah? Beberapa tahun lalu, ketika saya disana, Tuhan membuka mata dan juga otak saya dan saya menjadi orang yg berubah total. Jadi sekarang, saya bisa melakukan kewajiban ini, kalian sebagai Kristen bisa membantu saya melakukannya, tapi kalian mungkin tidak sanggup. Muslim kini tidak lagi memiliki alasan, sekarang. JONATHAN HUNT: Betapa sulitnya proses meninggalkan keluargamu dan rumahmu? MOSAB HASSAN YOUSEF: Ibarat mencabut kulit dari tulang saya, begitu kira-kira. Saya cinta keluarga saya, mereka cinta saya. Dan adik-adik saya seperti putera saya sendiri. Saya membesarkan mereka. Basically, ini keputusan terbesar dalam hidup saya. Saya meninggalkan semuanya, tidak hanya keluarga saja. Jika kau memutuskan untuk murtad dari Islam ke Kristen, tidak cukup utk mengatakan goodbye dan thank you. Tidak cukup. Kau juga membelakangi budaya, peradaban, tradisi, masyarakat, keluarga, agama, Tuhan — atau apa yang kusangka sebagai tuhan selama bertahun-tahun! Jadi, ini sangat complicated. Orang menyangka itu mudah, seperti hal sepele. Kini di AS saya mendapatkan kebebasan saya and it's great, tapi dilain pihak, tidak ada yang bisa mengganti famili... berat kehilangan family — JONATHAN HUNT: Jadi, kau kehilangan keluargamu? MOSAB HASSAN YOUSEF: Keluarga saya terdidik dan ini juga sulit bagi mereka. Mereka meminta saya berkali-kali, khususnya selama dua hari pertama, untuk menyembunyikan agama saya yang baru ini dan tidak mengumumkannya di media. Tapi saya diwajibkan Tuhan untuk mengumumkan nama-Nya dan memuja-Nya keseluruh dunia karena penghargaan bagi saya adalah bahwa IA akan melakukan hal yang sama bagi saya. Jadi, saya lakukan ini sebagai sebuah kewajiban. Saya ingin tahu berapa orang yang bisa melakukan apa yang saya lakukan sekarang ini. Saya belum menemukan satu orangpun. Saya harus kuatkan diri. Ini tantangan yang sangat besar. Ini keputusan yang sangat besar dalam hidup saya. Saya tidak main-main. Saya tidak melakukan ini untuk kebahagiaan dunia. Saya melakukannya untuk satu alasan saya: saya percaya. Setiap hari orang menderita karena kepercayaan yang salah. Saya bisa membantu mengeluarkan mereka dari lingkaran tidak berkesudahan ini... lingkaran yang disediakan setan untuk mereka. JONATHAN HUNT: Kau masih sempat berbicara dengan ayahmu? MOSAB HASSAN YOUSEF: Tidak ada kesempatan untuk berkomunikasi dengan ayah saya karena ia sekarang di penjara dan tidak ada telpon di penjara. JONATHAN HUNT: Apakah anggota keluargamu tidak bercerita kepadamu tentang reaksi ayahmu? MOSAB HASSAN YOUSEF: Mereka memang mengunjunginya. Tapi sampai sekarang saya tidak tahu bagaimana reaksinya, tapi saya yakin ia sangat sedih tentang keputusan saya ini. Tapi ia juga akan mengerti, karena ia tahu saya dan ia tahu saya bukan tipe orang yang mengambil keputusan secara enteng, tanpa kepercayaan kuat. JONATHAN HUNT: Apakah kau akan semakin menyulitkan posisinya diantara sesama anggota Hamas semakin sulit? MOSAB HASSAN YOUSEF: JELAS! Keluarga saya, termasuk ayah saya harus menanggung beban atas keputusan saya ini. Ini bukan keputusan mereka. Ini keputusan saya, tapi mereka tetap harus menanggung beban dan saya minta — saya berdoa bagi ayah, semua kakak dan adik saya di gereja ini, selalu berdoa setiap kali bagi mereka — 'Tuhan, bukalah mata mereka, pemikiran mereka, untuk datang kepada Kristus. Dan berikan rahmat-Mu karena mereka juga harus menanggung salib ini dengan saya.' JONATHAN HUNT: Ceritakan kami tentang Hamas dan cara kerjanya. Apakah Hamas sebuah organisasi Islam murni, sehingga dimatamu disitulah kesalahan mereka, ATAU ada hal-hal lain dalam Hamas yang kau tidak sukai? Atau kau menganggap Hamas sebuah organisasi baik? Apa arti Hamas bagi dirimu? MOSAB HASSAN YOUSEF: Yah, dimanapun ada orang baik. Sesungguhnya Tuhan memang menciptakan orang-orang baik. Saya kenal banyak orang yang mendukung Hamas tapi tidak pernah terlibat dalam serangan teroris, misalnya. Mereka hanya mengikuti Hamas karena cinta Tuhan dan mengira bahwa Hamas mewakili Tuhan. Mereka tidak tahu sama sekali, mereka tidak mengenal Tuhan yang sebenarnya dan mereka tidak pernah mendalami agama Kristen. Tapi Hamas, sebagai wakil Islam, ini problema besar. Problemnya bukan Hamas, bukan orangnya. Akar masalahnya adalah Islam itu sendiri sebagai sebuah ide, sebuah ideologi. Hamas sebagai sebuah organisasi, jelas, termasuk kepemimpinannya dan ayah saya, mereka bertanggung jawab atas semua kekerasan yang terjadi oleh organisasi itu. Saya tahu mereka menganggap diri sebagai reaksi atas agresi Israel, tetapi tetap saja, mereka bagian darinya dan harus mengambil keputusan dalam operasi-operasi melawan Israel, termasuk membunuh banyak orang sipil. JONATHAN HUNT: Kau percaya bahwa Israel tidak bersalah dalam konflik ini? MOSAB HASSAN YOUSEF: Okupasi memang buruk. Tapi kami disini berbicara tentang ide. Israel memiliki HAK untuk membela diri, tidak ada yang bisa membantah ini. Kadang mereka menggunakan terlalu banyak agresi terhadap penduduk. Kadang banyak penduduk tewas karena tentara Israel kurang bertanggung jawab, tentang bagaimana mereka memperlakukan orang di checkpoints (pos-pos penjagaan). Pesan saya kepada tentara Israel: setidaknya perlakukan orang dengan cara pantas di checkpoints. Tapi ini bukan masalah antar bangsa, tapi tentang ide-ide yang salah pada kedua pihak dan satu-satunya cara untuk keluar dari lingkaran setan ini adalah untuk mengenal prinsip-prinsip yang dibawa Yesus ke bumi ini: grace, love, forgiveness. Tanpa ini, mereka tidak akan pernah maju ataupun mematahkan lingkaran tak berkesudahan ini. [...] JONATHAN HUNT: Kau percaya bahwa Israel akan pernah mengadakan perjanjian damai dengan Hamas? MOSAB HASSAN YOUSEF: Tidak mungkin. Ini seperti api co-exist dengan air. Tidak mungkin. Hamas bisa main politik selama 10 tahun, 15 tahun; tapi tanya saja setiap pemimpin Hamas, 'Okay, apa yang akan terjadi setelah itu? Apakah kalian akan co-exist dengan Israel untuk selamanya?' Jawabannya sudah pasti TIDAK... KECUALI mereka melakukan sesuatu yang melanggar Quran. Tapi itu sudah ideologi mereka dan mereka tidak akan beranjak darinya. Jadi, tidak mungkin. Ini bukan soal Israel, bukan soal Hamas: ini menyangkut kedua ideologi. Tidak mungkin. JONATHAN HUNT: Kau tidak takut dibunuh karena mengutarakan hal-hal semacam ini — yang bahkan (pembunuhan atas dirimu) akan diridhoi oleh Quran? MOSAB HASSAN YOUSEF: Mereka harus membunuh pemikiran-pemikiran saya terlebih dahulu. Tapi pemikiran-pemikiran saya sudah beredar luas. Jadi, bagaimana mereka akan membunuh pemikiran saya? Bagaimana mereka akan membunuh pendapat-pendapat yang saya miliki? ...Mereka bisa bunuh tubuh saya, tapi tidak jiwa saya. JONATHAN HUNT: Kau pernah diancam? MOSAB HASSAN YOUSEF: No, not really. Jujur saja, banyak Muslim dan pemimpin Muslim di AS ini, di masyarakat Eropa, mencoba mencari saya. Mereka menelpon keluarga saya, ibu saya untuk mengetahui cara menghubungi saya. Mereka mengatakan kepada ibu saya, 'Kami ingin membantunya.' JONATHAN HUNT: Mereka percaya kau butuh bantuan? MOSAB HASSAN YOUSEF: Yeah, mereka pikir saya dimanipulasi oleh orang-orang Kristen. Nah, disinilah mereka salah total. Saya sudah menjadi Kristen untuk waktu lama dan tidak seorangpun tahu. Sudah selama beberapa tahun sekarang. Tapi sekarang saya baru mengumumkannya. Mereka tahu saya berpendidikian dan mendalami Islam & Christianity. Ketika saya mengambil keputusan, ini bukan karena saya kena jampi-jampi atau mencoba meyakinkan saya. Ini 100% keputusan saya seorang diri. JONATHAN HUNT: Apa pesanmu bagi para Muslim yang mendengarmu saat ini ? MOSAB HASSAN YOUSEF: Pesan saya adalah, pertama-tama, bukalah pemikiran kalian. Mereka lahir dari keluarga-keluarga Muslim — inilah bagaimana mereka masuk Islam... seperti juga keluarga-keluarga Kristen maupun Yahudi. Jadi, saya ingin mereka membuka mata, pemikiran mereka dan membayangkan diri mereka tidak lahir dalam keluarga Muslim. Untuk apa Tuhan memberikan mereka otak? Bukalah hati kalian. Bacalah Injil. Pelajarilah agamamu.Saya ingin membuka pintu gerbang bagi mereka. Saya ingin mereka bebas. Mereka pasti ingin hidup dengan baik di dunia dengan cara mengikuti Tuhan.Dan mereka juga akan menemukan jaminan bagi hidup di akhirat. Sumber: http://www.indonesia.faithfreedom.org/forum/viewtopic.php?t=27220&start=0&postdays=0&postorder=asc&highlight= http://www.haaretz.com/hasen/spages/1007097.html